Tsunami Banten - Majelis Pekerja Harian Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) menyuruh seluruh penduduk gereja di pelosok Nusantara guna meringankan beban korban terdampak tsunami di Selat Sunda yang menerjang Banten dan Lampung. Umat Kristiani disuruh untuk memberikan pertolongan melalui pintu sumbangan yang tersedia.

"Kami mengimbau semua warga gereja di pelosok Nusantara guna mendoakan semua korban terdampak, serta mengulurkan pertolongan lewat saluran-saluran tersedia. Dalam keadaan Natal ini, umat Kristiani ditantang guna mewujudnyatakan motivasi berbagi untuk segenap penduduk yang tidak cukup beruntung, khususnya yang sekarang sedang dilanda musibah," ujar Sekum PGI, Pendeta Gomar Gultom, dalam penjelasan tertulisnya, Senin (24/12/2018).
Gultom mengungkapkan, kehidupan di dunia ini paling ringkih, khususnya yang bermukim di distrik Nusantara yang paling rentan dengan bencana. Untuk tersebut Gultom mengimbau masyarakat guna waspada terhadap bencana dan tidak jarang kali tergerak untuk membantu sesama untuk warga yang terdampak bencana.
"Atas nama Majelis Pekerja Harian Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), saya mengucapkan keprihatinan dan dukacita mendalam atas terjadinya tsunami di Selat Sunda yang sudah menelan korban 222 jiwa yang terdaftar kini, baik di Anyer dan Pandeglang (Banten) maupun Lampung Selatan, Anyer . Kita belum sepenuhnya pulih dari gempa Lombok, dan lagipula bencana bencana dahsyat Sigi, Palu dan Donggala di Sulawesi Tengah," katanya.
"Kami berdoa untuk para korban, supaya segera mendapat pemulihan dan semoga segenap family yang ditinggalkan beroleh kekuatan menghadapi waktu sulit ini," imbuhnya.
Berdasarkan keterangan dari Gultom, bangsa Indonesia telah sejumlah kali merasakan peristiwa tsunami yang menelan korban tidak sedikit. Dari sekian banyak peristiwa tersebut, masyarakat dapat belajar alangkah mekanisme peringatan dini tsunami yang terdapat masih butuh disempurnakan kembali, di samping terus menambah kewaspadaan masyarakat yang bermukim di distrik rawan tsunami.
"Kita pun mestinya belajar bahwa walau tsunami tidak bisa dicegah, sesungguhnya akibat buruk tsunami dapat dikurangi, sekiranya mangrove dan hutan payau masih terpelihara baik di pantai-pantai kita. Tapi oleh perlakuan anda yang buruk terhadap alam, laksana pencemaran, rekayasa pantai demi kepentingan wisata dan reklamasi, hutan-hutan payau dan mengrove semakin sirna. Padahal hutan payau dan manggrove ini paling potensial guna memecah kekuatan terjangan tsunami," paparnya.
"Dalam keadaan Natal ini, sekali lagi saya menghimbau, ayo kita bahu membahu untuk membantu meringankan beban semua korban. Dan pada ketika sama, anda membaharui perlakuan anda terhadap alam lebih injili lagi, dengan merawat hutan bakau dan menempatkan lebih tidak sedikit mangrove lagi di pantai-pantai kita," tuturnya.
No comments:
Post a Comment