Timnas Indonesia - PSSI diminta bertanggung jawab sesudah Timnas Indonesia tidak berhasil melaju ke babak semifinal Piala AFF 2018. PSSI dirasakan telah mempermalukan bangsa.

Timnas terhenti di babak grup Piala AFF. Skuat Merah Putih tak mempunyai peluang guna menjadi juara atau runner-up Grup B sesudah baru dapat mengoleksi tiga poin dari tiga pertandingan yang dijalani.
Dengan melulu menyisakan satu pertandingan, Timnas tak mungkin memburu poin kepunyaan Filipina dan Thailand. Setelah bertarung imbang, kedua tim tersebut sama-sama mengantongi tujuh poin.
mantan pemain Timnas, Ferril Raymond Hattu, kecewa dengan hasil buruk Timnas itu. Dia menyoroti kerja PSSI yang tak serius menyiapkan Timnas. Salah satu yang sangat nyata ialah PSSI enggan menghentikan persaingan saat Timnas sedang menjalani Piala AFF.
"Karena persiapannya tak serius, kini kita yang menuai malu. Satu negeri ini, satu bangsa ini. Lawannya lho Singapura, Filipina. Kita baru menang atas Timor Leste. Ini level AFF, kok performanya laksana itu, tidak lolos ke semfiinal," kata Ferryl, Kamis (22/11).
"Saya yakin pemain dan pelatih telah berupaya maksimal, pasti. Tapi, Timnas ini rintangannya terlampau banyak. Siapapun pelatihnya, bila dalam situasi seperti ini tidak dapat maksimal," Ferryl, yang pernah menjadi kapten Timnas, membeberkan.
"PSSI tak sempat Timnas ini mewakili negara. Seharusnya PSSI dapat menjembatani keperluan dua pihak, Timnas dan klub. Sebab, pelatih (Timnas) perlu pemain, pemain diperlukan klub. Jangan kemudian Timnas tampil, persaingan tetap jalan," ujar HBS, di antara klub internal Persebaya itu.
"Kalau disaksikan pengatur otoritasnya siapa? Pengurus PSSI itu. Ini dampak dari tidak adanya orang sepakbola di dalam sana, sampai-sampai keputusannya praktis-praktis saja. Pengurus enggak dapat menjiwai. Timnas tersebut bukan assembling sepeda motor," tutur dia.
Hasil negatif Timnas di Piala AFF tersebut sekaligus mengindikasikan ketidakmampuan PSSI mengekor agenda internasional. Padahal, jadwal persaingan sudah dibentuk jauh-jauh hari.
"Apalagi, mereka baru berlalu dari Asian Games, secara psikologis dan mental drop. Timnas ini memerlukan pelatih yang dapat mendongkrak dua urusan itu, jasmani dan mental," Ferryl menegaskan.
Dengan kegagalan itu, Timnas pun memerlukan waktu lebih lama guna menjadi juara. Sejak ikut serta di Piala AFF pada 1996, Skuat Merah Putih belum sekalipun meraih juara.
No comments:
Post a Comment